poto/pixabay |
Sejak kecil saya suka puisi. Tepatnya waktu masih duduk di
bangku sekolah dasar. Namun, saat itu belum mengenal sajak, dan tidak pernah
menulisnya juga. Berawal dari lagu. Iya, menulis liriknya turut seirama.
Salah satu band yang
hingga kini masih disukai lagu-lagunya. Awalnya hanya penasaran, kenapa hanya
sebaris lirik bisa menyampaikan isi pikiran, sangat sederhana kata-katanya,
tidak banyak majas ataupun lainnya.
Akhirnya terus-menerus menulis lirik lagu. Sampai-sampai
menyiapkan buku khusus hanya untuk itu. Di bawa ke manapun. Saat itu masih
belum ada aplikasi pemutar musik seperti saat ini. Handphone yang dimiliki masih sebatas tersedia radio.
Tapi sungguh itu masa-masa menyenangkan. Tidak perlu
memikirkan kuota internet, cukup
mencari siaran radio terdekat, lalu bisa mendengarkan saat musik band tersebut sedang diputar. Oh iya, sebelumnya
handphone harus disambungkan ke handset terlebih dahulu.
Cita-cita
Sebenarnya saya punya banyak cita-cita. Tapi semuanya
beralaskan karena malas belajar. Terutama tentang hitung-hitungan. Waahh,
rasanya benar-benar membuat pusing, kalau harus menyelesaikan soal matematika
fisika, apalagi kimia.
Segala pelajaran yang menghapal saya suka. Salah satunya
sejarah. Walaupun sekarang sudah banyak yang lupa, tapi hingga saat ini ketika
ada film atau bacaan tentang itu, pasti sangat antusias. Karena membuat
penasaran tentang kehidupan masa lalu.
Selain itu kesenian, dan sudah pasti terutama musik. Kalau
untuk menyanyi saya tidak suka, lebih terasa fill-nya ketika memainkan sebuah instrumen. Dulu saat sekolah
menengah kejuruan, tergabung dengan sebuah marching
band, dan terompet menjadi pilihan.
Apakah Masih Sama?
Banyak yang bilang, cita-cita saat masih anak-anak bisa
berubah. Bahkan jauh berbeda dengan apa yang dikerjakan saat ini. Iya, memang
tidak ada salahnya dengan hal itu. Setiap orang punya pilihan masing-masing.
Realita terkadang menjadi kejam untuk dihadapi. Tapi,
melihat dari sisi lain, jika melakukan di luar hal yang disukai bisa menjadi
sebuah tantangan. Untuk mengasah kemampuan hingga di titik maksimal. Atau justru
karena mengerjakan itu, jadi memiliki bakat-bakat yang lain.
Selain suka puisi, saya juga suka komputer. Kecanggihannya memang
sangat menghipnotis. Bisa melakukan banyak hal hanya dari sebuah perangkat
berbentuk petak. Membuat surat, bermain permainan, dan lain-lain.
Tapi dulu saya belum punya komputer pribadi. Berdasarkan
acara di sebuah televsi, itu yang membuat saya tertarik. Pertama kali
menggunakannya ketika sekolah menengah pertama. Belajar bersama teman-teman
tentang software pengolah kata.
Nah, semenjak itu bertambah cita-cita. Selain penulis, juga
ingin menjadi ”Orang Komputer”. Tapi memang prosesnya tidak mudah. Sempat malas
belajar, tidak tahu sama sekali mengenai materi. Sibuk dengan musik dan puisi.
Sebenarnya hal itu terjadi karena saya tidak bisa membagi
waktu dan prioritas. Apalagi ternyata ketika semakin berkenalan dengan dunia
komputer, banyak materi yang bersinggungan dengan perhitungan matematika.
Alhasil, mencari-cari alasan untuk menghindari.
Perubahan Ketika Kuliah
Ketika memutuskan untuk berkuliah, setelah banyak
pertimbangan. Salah satunya adalah biaya yang pastinya tidak murah. Namun,
akhirnya tetap mendaftarkan diri di salah satu perguruan swasta terdekat.
Saat sudah resmi menjadi mahasiswi, mau tidak mau harus
rajin belajar. Mengikuti setiap materi agar tidak ada yang tertinggal.
Benar-benar fokus mempertahankan nilai agar tidak anjlok. Fasilitas cukup memadai.
Ketika sekolah menengah kejuruan, orangtua membelikan sebuah
laptop dengan spesifikasi yang cukup untuk dipakai hingga kuliah. Keberuntungan
yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Belajar terus-menerus.
Di perkuliahanlah membuat saya jatuh cinta dengan web programming. Khususnya dengan bahasa
pemrograman PHP (Personal Homepage). Sebuah
sistem yang membuat tertarik, walaupun banyak soal hitungan. Biasanya saya
dibantu teman yang jago matematika
untuk menyelesaikan rumus-rumus sulit.
Kembali Seperti Dulu
Empat tahun saat masa-masa kuliah, saya tidak pernah sama
sekali menulis puisi. Karena sibuk dengan memenuhi nilai, dan coding. Hingga akhirnya juga sempat
bekerja sebagai Staff-Administrasi, semakin membuat lupa.
Hingga suatu hari, mendadak saya diajak untuk menulis
artikel. Pengalaman baru, karena dulu hanya puisi. Pelan-pelan saya coba,
banyak membaca materi serupa mengenai hal tersebut. Hingga akhirnya, untuk
pertama kali tulisan dimuat disalah satu media digital.
Itu adalah pengalaman yang membuat saya hingga kini menjadi semakin
ketagihan menulis. Membuka blog lama saya, yang pernah dibuat ketika masa
kuliah dulu. Merapikannya, mulai mengikuti kelas-kelas literasi.
Menyatukan Keduanya
Nah, karena hobi saya saling bertautan satu sama lain. Maka sekarang
ini bisa untuk fokus dikeduanya. Dengan menulis blog, tetap bisa menyalurkan hal-hal yang disukai. Iya, puisi
sekarang bisa sejalan dengan komputer.
Konten di blog
bisa disesuaikan dengan jadwal ataupun label. Menulis tentang teknologi
komputer dan sejenisnya juga bisa dilakukan. Puisi juga tidak pernah lagi
ditinggalkan. Komunitas yang saya ikuti memberikan ilmu dalam kepenulisan.
Selagi ada niat pasti ada jalan.
Sekilas kau tampak layu || Jika kau rindukan gelak tawa yang warnai lembar jalan kita || Reguk dan teguklah mimpiku dan mimpimu || Terbelenggu satu lewat ucapan janjimu
Posting Komentar
Posting Komentar